Diary Of A Void by Emi Yagi | Review Buku

So this is preganancy. What luxury. What loneliness.

Shibata, wanita yang sebenarnya tidak hamil ๐Ÿ˜…
  • Judul: Diary of a Void
  • Penulis: Emi Yagi
  • Translator: David Boyd dan Lucy North
  • Tahun: 2020
  • Genre: Fiksi, Contemporary
  • Halaman: 213
  • Penerbit: Penguin Books
  • Baca di: Buku Fisik
  • Book Review: โ˜…โ˜…โ˜…โ˜…

Sebuah Kado Resign

Sebelum tahun ini berganti aku mengambil satu keputusan besar yang lumayan berani, yaitu resign dari pekerjaan for the so called Career Break‘ dan buku ini jadi salah satu hadiah dari rekan kerjaku (shout out to, Felly!) sebagai teman perjalananku menemukan diri yang baru.

Penasaran seperti apa ceritanya?

Disclaimer: Mengandung Spoiler tipis-tipis.

Cerita Singkat Diary of a Void

Shibata sudah jenuh disuruh-suruh rekan kerjanya!

Karena itu suatu hari saat selesai rapat dan harus membereskan bekas rokok serta minuman rekannya dia bilang kalau dirinya sedang hamil.

Kamu mungkin mengira Shibata bakalan panik banget setelah mengaku-aku hamil, dan hari-harinya penuh dengan tambal sulam bagaimana bertahan dengan kebohongan dengan durasi 9 bulan (bahkan setelah itu?).

Anehnya, melalui cerita dengan gaya diary rangkuman kisah Shibata setiap minggu, pembaca justru melihat kebohongannya membawa berkah.

Kamu bisa melihat Shibata menemukan kehidupan baru ini, di mana dia bisa pulang lebih awal dari kantor, tidak perlu menyiapkan kopi atau melakukan pekerjaan remeh-temeh yang selalu dilabeli sebagai pekerjaan ‘perempuan’.

Dia benar-benar melihat dunia dengan lensa yang berbeda, Shibata akhirnya memiliki work life balance sesungguhnya.

Misalnya, ketika dia pergi berbelanja bahan makanan, ada begitu banyak makanan segar yang tersedia, atau ketika dia mendapatkan lencana hamil dan sekarang dia bisa dapat duduk setiap kali naik kereta, dia bahkan jadi beneran naik berat badannya, dan bisa mengikuti kelas aerobik untuk wanita hamil sampai bergaul dengan para calon ibu lainnya.

Sebagai pembaca kamu jadi perlu memeriksa, apa mungkin Shibata betulan hamil? Karena rasanya seperti dia benar-benar hamil apalagi dia sampai serius mulai mengawasi perkembangan bayinya lewat aplikasi kehamilan.

Meskipun selama empat puluh minggu kita melihat kehamilan Shibata seolah-olah tiket jalan keluarnya untuk hidup lebih santai dan mudah, kita juga bisa melihat bagaimana dia mengalami pergolakan batin. Siapa bilang menjadi calon ibu itu pekerjaan yang mudah? Apalagi dirinya tidak benar-benar hamil dan tidak punya pasangan. Perjalanannya makin sepi dan penuh renungan.

Bagian Favorit

Novel ini langsung dibuka dengan adegan Shibata sedang berbelanja di supermarket sepulang kerja, dan bagaimana dia belum pernah melihat pemandangan semagis sore itu. Sayur-mayur, buah, deretan makanan di sana begitu segar penuh warna. Auranya juga menyenangkan.

Halaman pembuka yang aku selalu ulang-ulang baca karena mengingatkanku pada pengalamanku sendiri setelah satu hari resign dari pekerjaan. Kok rasanya warna langit lebih biru, lalu-lalang orang lebih teratur, disenggol orang aku gak kesal, berkeliling di mal jadi menyenangkan. Padahal bukan karena semuanya jadi baru, mungkin karena akhirnya kepala ini belajar menentukan batasan, dimana sekarang kita bisa istirahat, yang lain pikirkan nanti.

Selain itu, aku juga suka bagaimana tokoh Shibata mengambil resiko kebohongannya untuk membawa dirinya ke diri yang lebih sehat, lepas, bisa menerapkan batasan. Rutinitas dia tiap hari di buku jadi kayak tips healing bagi kita sang pembaca.

BACA JUGA ULASAN DAYS AT THE MORISAKI BOOKSHOP

Kesimpulan

Ada satu pertanyaan yang berulang-ulang aku tanyakan ke temanku saat mendiskusikan plot besar buku ini, “Bagaimana bisa dia pura-pura hamil dan tidak ketahuan sepanjang cerita?”

Aku tahu ini fiksi, tapi fakta bahwa dia tidak punya suami, makin membuatku bingung kenapa dia bisa benar-benar lolos sampai akhir. Lalu, kita berdiskusi bagaimana budaya di Jepang ibu hamil dan melahirkan punya banyak keistimewaan.

Setelah menyelsaikan buku ini, aku bisa seratus persen bilang padamu ini buku yang cocok diberikan untuk orang (terutama wanita) yang resign atau sedang burn-out. Tapi, mungkin tidak ke orang hamil ya ๐Ÿ˜…


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *